HIDUP PENUH PILIHAN, APA YANG KAMU PILIH HARI INI MENENTUKAN MASA DEPAN MU

Rabu, 22 Oktober 2014

Aktivitas

Sesibuk apapun aktivitas yang dijalani, sempatkan lah untuk terseyum, karena terseyum membuat kita segar, bersemangat, dan bisa mengilangkan stres. dalam menjalani aktivitas, tugas yang  banyak jangan jadikan beban, tapi jadikan sebagi kebutuhan. selangi dengan humor, dalam lelah yang dirasa akan memberikan manfaat, sehingga aktivitas yang berat pun akan mudah dijalani, dan akan berdampak kepada orang-orang disekitar, sehingga orang-orang yang didekat kita akan termotivasi. seyum bisa membuat seseorang  awet muda, buat lah aktivitas yang dinamis, jangan sampai monoton, sehingga kita lupa untuk terseyum.
#Sibuk+Smiley
#OK
#Bisa!

Jumat, 03 Oktober 2014

Jalan Hidup

Jalan Hidup, Jika memang jalan hidup harus berputar dulu baru sampai tujuan, kenapa harus di persingkat, karena di setiap jalan yang kita lewati, ada beberapa ilmu yang sedang menanti kedatangan, namun jika di lakukan jalan pintas, maka tidak akan pernah menemui ilmu tersebut, ilmu yaitu pengalaman. Jalan pikiran semua orang itu berbeda, namun jika disatukan akan menjadi gagasan dan ide-ide menarik, sehingga ilmu diperoleh akan bertambah banyak, karena selalu ingat.... namun jika save sendiri, maka ilmu tersebut tidak akan berkembang. Setiap orang menginginkan cepat sampai tujuan, tidak menuntut kemungkinan, saya pun demikian, tapi disetiap persingahan jalan yang kita mampiri, memberikan hidayah, namun pada saat mampir di jalan tersebut, tidak merasakan apa-apa, namun setelah beberapa lama tidak ke jalan itu lagi, karena terus berjalan menuju tujuan, disana lah teringat hikmah yang didapatkan. Tujuan disinilah adalah masa depan yang menanti, gerbang kesuksesan yang menunggu dengan ilmu,, yang kita dapatkan. Jangan putus asa,,, tetap semangat... karena setiap individu ditakdirkan bahagia, dan sukses,,, semua itu kembali lagi ke individu bersangkutan. jalan terus jangan mundur......... ganbate...
#ok.!

Titik Terang

hidup penuh dengan lika liku, jangan mau kalah karena suatu hal yang menghalangi tapi bangkitlah, tunjukan pada dunia, dan katakan bisa!!!, mari taklukan rasa malas yang membara, buang jauh-jauh Rasa Malas itu!, rasa malas yang membuat terlena dan pelahan jatuh,... ke bujuk rayuan setan,,, hingga,,, semua aktivitas pun menjadi brantakan,,, rasa malas yang mengoroti hati, harus di tindas, agar tidak merusak diri. orang yang sukses adalah orang yang mampu melawan rasa malas. jika rasa malas pada diri tidak melekat lagi, dengan demikian, dapat ditemui titik terang dalam mengatasi, problema kehidupan. Pada dasarnya rasa malas tersebut datang pada diri, karena suka menunda-nunda pekerjaan, nah di situlah timbul benih malas, yang pada akhirnya menjadi kebiasaan, untuk menemui titik terang permasalahan ini, itu tergantung kepada individu, bagaimana individu dapat mengatasi dan mencari jalan keluar. mengubah pola hidup lebih akan menemui titik terang, agar terhindar dari penyakit malas. jadikan aktivitas sebagai kebiasaan dengan demikian sesuatu yang tidak bisa menjadi bisa, yang bisa menjadi biasa, yang biasa menjadi kebiasaan. semangat.... semangat... semangat,,,, jika kita bersemangat setidaknya bisa mengurangi rasa malas pada diri, dan akahirnya kita temui juga titik terang.

Minggu, 21 September 2014

Dahsyatnya Bangun Pagi, Tahajud, Subuh, & Dhuha . Surakarta : Shahih



Meraih  Empat Kemenangan
1.       KEMENANGAN KE 1 adalah saat kita  BANGUN  PAGI
2.       KEMENANGAN KE 2 adalah saat kita  SHALAT TAHAJUD
3.       KEMENANGAN KE 3 adalah saat kita  SHALAT  SUBUH berjamaah
4.       KEMENANGAN KE 4 adalah saat kita  SHALAT DHUHA

Langkah Praktis Agar Mudah Bangun Pagi
1.      Ikhlas
2.      Miliki Keinginan yang Kuat
3.      Tidak Tidur Terlalu Malam
4.      Berwudhu Sebelum Tidur
5.      3 Tips Praktis (shalat sebelum tidur, pasnag niat yang kuat, dan pasang alarm ganda)
6.      Selalu Berdoa kepada Allah
7.      Buat Jadwal Kegiatan Esok Hari
8.      Sebuah Metode Afirmasi ( sebagai bentuk sugesti diri yaitu berbicara pada diri sendiri dengan sepenuh perasaan dan emosi.)
9.      Tidak Melakukan Kemaksiatan
10.  Tidak Terlalau Kenyang
11.  Tidur Siang Walau Sejenak
12.  Mengingat Keutamaan Waktu Sahur
13.  Mengingat Keutamaan Shalat Subuh Berjamaah
14.  Dukungan dari Lingkungan
15.  Memberi Hadiah kepada Diri Sendiri ( hadiah tidak hanya baik untuk memotivasi anak kecil, namun u/orang dewasa juga efektif, dalam kebiasaan bangun pagi pun kita bisa memberikan hadiah, yaitu menyenangkan fisik/jasmani, karena kita telah berhasil bangun pagi dan mampu menghindari kebiasaan buruk tersebut. Akan tetapi bangun pagi harus disertai dengan shalat subuh)
“Jika kamu tidak mampu menunaikan shalat malam dan puasa di siang hari, maka ketauilah bahwa sesungguhnya kamu telah terhalangi dan terbelenggu oleh dosa dan kesalahan kamu perbuat” ( Fudhail bin Iyadh )
“Bangun Pagi dapat mengurangi kecenderungan  terserang penyakit kardiovaskular atau ganguan jantung dan pembuluh darah” ( Dr. Muslim Nathin )
“ Kampung dunia adalah tempat menabung bekal bekal kebaikan yang nanti akan kita tuai di alam  akhirat. Salah satu jalan untukbisa mengisi tabungan agar cepat gemuk adalah dengan memulai aktivitas di waktu pagi”



Literatur : Al-Ikhwani, 2011. Fadlan. Dahsyatnya Bangun Pagi, Tahajud, Subuh, & Dhuha . Surakarta : Shahih

LINKUNGAN YANG MERASANG PENGEMBANGAN BAKAT



PERANAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT ANAK
A.    A. Studi Kasus Tentang Keluarga Anak Berbakat di Indonesia
Penelitian tahun 1982 mengenai studi banding antara keluarga anak dengan IQ 130 diatas rata-rata, dengan keluarga anak IQ rata-rata. Hasil studi ini menunjukan bahwa orang tua anak berbakat mempunyai tingkat pendidikan, jabatan prafesional, dan penghasilan lebih tinggi. Lebih banyak dari mereka yang mempunyai hobi membaca, walaupun secara umum, kebiasaan membaca semua orang tua belum tinggi. Taraf aspirasi orang tua anak berbakat  sehubungan dengan pendidikan anak lebih tinggi. Jumlah anak dalam keluarga lebih kecil dan presentase anak berbakat yang termasuk anak sulung lebih tinggi. Gambaran keluarga anak berbakat ini menunjukan kecenderungan yang  sama.
Sehubungan dengan ciri-ciri anak yang menurut orang tua perlu dikembangkan, dinyatakan bahwa  orang tua anak berbakat lebih mementingkan ciri-ciri ketekunan dan inisiatif, sedangkan orang tua anak IQ rata-rata lebih mementingkan ciri-ciri kepatuhan pada anak.  Anak berbakat tidak banyak dituntut oleh orang tua dalammengerjakan tugas dirumah dibanding anak IQ rata-rata, sehingga anak berbakat memiliki waktu luang yang banyak dalam melakukan hal-hal  yang mereka  senangi, namun orang  tua dari kelompok anak sama dalam memberikan prioritas kepada ciri kerajinan dan paling kurang mementikan perkembangan ciri-ciri kemandirian dan kebebasan.  Hal ini sebetulnya tidak diharapkan dari orang tua anak berbakat karena kedua ciri tersebut justru merupakan ciri khas anak berbakat dan kreatif.
Mayoritas orangtua  dari kedua kelompok anak , dalammendidik anak tidak terlalu menekan, pada peraturan yang ketat, serta tidak terlalu memberi kebebasan, akan tetapi menentukan peraturan dengan mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan anak. Tidak otoriter, tetapi tidak laisses faire.

B.  B.   Mengembangkan Kreativitas Anak di Rumah
Dari kasus jason, dapat kita lihat bahwasanya dalam mengembangkan kreativitas anak diperlukan penerapan pendekatan 4P( pribadi, pendorong, proses, dan produk). Dalam menampilkan ciri-ciri pribadi kreatif, ibunya selalu menghargai keunikan pribadi jason, serta mendorong minat  dan prakarsa jason dalam menulis lakon, tanpa memberi tekanan kepada anak, tetapi membebaskan menjajaki dan mencoba kegiatan-kegiatan kreatif. Demikian membantu tumbuh motivasi instrinsik  yang kuat pada anak.  Berperan sebagai model dan narasumber, ibun menunjukan kepada anak, apapun yang dipilih untuk dilakukan, harus dikerjakan dengan baik sampai selesai. Dengan menyediakan sarana dan prasarasna yang beragam, ia memudahkan proses bersibuk diri secara kreatif. Dan kemudian ia menunjukan bahwa ia menghargai produk-produk kreativitas anaknya, dengan memajang karya-karya tersebut didalam rumah, hal ini akan makin memotivasi anak untuk melakukan kegiatan kreatif.

C.    cDampak Sikap Orangtua Terhadap Kreativitas Anak
a.       Beberapa faktor penentu
Sikap orangtua secara langsung mempengaruhi kreativitas anakmereka,
Menurut Amabile :
a)      Kebebasan ; orang tua percaya serta memberikan kebebasan  kepada anaknya, serta cederung kreatif (tidak otoriter, tidak terlalu mengawasi, dan mengatasi kegiatan)
b)      Respek ; orang tua percaya dengan kemampuan anak,serta menghargai keunikan anak
c)      Kedekatan emosional yang sedang ; keterikatan emosi tidak lebih ataupunkurang, namun anak benar-benar merasakan kasih sayangdariorangtua.
d)     Prestasi bukan angka ; menghargai perstasi anak.
e)      Orang tua aktif dan mandiri ;  kompeten dan mempunyai banyakminat.
f)       Menghargai kreativitas ; motivasi dari orangtua untukmelakukan hal-hal  kreatif.
b.      Orang tua sebagai model
Penelitian menunjukan bahwa anak kreatif mengidentifikasi diri dengan banyakorang dewasa dari dua jenis kelamin, dan bahwa komunikasidengan orang dewasa yang menarik,aktif, dan berprestasi, dapat merasang kreativitas anak. Orang tua juga dapat jadi model yang kuat hanya dengan menunjukan kepercayaan dan kompetensi mereka.  Orang tua dapat membantu anak menemukan minat-minat mereka yang paling mendalam, dan mendorong anakmelakukan kegiatan beragam, menunjukan kesempatan dan kemungkinan yang ada.  
c.       Sikap orang tua yang menunjang dan tidakmenunjang pengembangan kreatifitas anak
a)      Sikap orang tua yang memupukkreativitas adalah ; menghargai pendapat anak,  memberikan waktu untuk anak berpikir, membiarkan anak dalam nmengambil keputusan, mendorong ketelitian anak, meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang diinginkan, menunjang, menikmati kebersamaan, memberi pujian, mendorong kemandirian, dan melatih hubungan kerja  yang baik dengan anak.   
b)      Sikap orang tua yang tidak memupuk kreativitas adalah ; mengatakankepada anak jika salah dihukum, tidak membolehkan anak, sehingga  anak menjadimarah, tidak membolehkan anak mempertanyaan keputusan orang tua, tidakmemperbolehkan anak bermain, orang tua ketat, orang tua memberi saran-saran  spesifik, orang tua kritis, otrang tua tidak sabar, orang tua dan anak adu kekuasaan, orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas.

D.  D. Orangtua Sebagai Pendukung Program Anak Berbakat
Guru anak berbakat hendaknya mengakui peranan penting dari dukungan orang tua dan tidak melihat orang tua sebagai ancaman, misalnya karena terlalu mau ikut campur.perhatian orang tua terhadap kegiatan mengajar guru dan kerjasama antar guru dengan orang sangat menunjang keberhasilan program anak berbakat. Kelompok orang tua bisa membantu dengan menyadarkan orang tua lain akankebutuhan anak berbakat dan kesempatan pendidikan, yang dapat diberikan kepada mereka, seperti pengorganisasian kegiatan pengayaan bagi anakbebakat yaitu ; program akhir minggu, atau program mentor. Orang tua yang memiliki keahlian atau keterampilan khusus dapat membantu mengajar seni, musik,dan komputer, serta meluaskan kesempatan untuk anakberbakat.
Referensi ; Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Makalah Implikasi Teori belajar Kognitif


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

     Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat.Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Implikasi Teori Belajar Kognitif (Lanjutan)".

     Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing yaitu : bapak  (Winbaktianur ) yang telah memberikan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

     Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

    Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.


Wassalam




DAFTAR ISI

Kata pengantantar....................................................................................................i

Daftar isi.....................................................................................................................ii

BAB I :pendahuluan
A.    Latar Belakang………………........................................................................................1
B.     Rumusan Masalah…………….......................................................................................1
C.     Tujuan Penulisan…………….........................................................................................1


BAB II :Pembahasan
A.    Implikasi Discovery Learning…………………………..……………………………...2
B.     Praktek Ausubel; Expository Teaching………. ………………………………….........4
C.     Pemikiran Tentang Model Belajar Mengajar…………………………………………...6
BAB III :Penutup
A.    Kesimpun…………………….………………………………………………………..9
B.     Saran…………………………..……………………………………….........................9

Daftar pustaka





BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

            Sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau dari media elektronika, belajar di sekolah dirumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat
.
            Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik., direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman yang berbentukinteraksi dengan orang lain dan lingkunganya.


B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Implikasi Discovery Learning ?
2.      Bagaimana Praktek Ausebel; Expository Teaching ?
3.      Bagaimana Pemikiran Tentang Model Belajar Mengajar ?


C.    Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui Pengertian Implikasi Discovery Learning.
2.      Untuk Mengetahui Praktek Ausebel; Expository Teaching.
3.      Untuk Mengetahui Pemikiran Tentang Model Belajar Mengajar.




BAB II
PEMBAHASAN
IMPLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF (LANJUTAN)

A.   Implikasi Discovery Learning

Belajar discovery

     Mengenai belajar discovery ada juga yang menyebutnya sebagai belajar inkuiri atau inquiry learning, tetapi pada dasarnya merupakan suatu kegiatan beklajar yang mengutamakan aktivitas anak. Inkuiri menekankan kepada proses mencarinya, sedang diskaveri kepada menemukanya. Kalau seseorang melakukan pencarian (berinkuiri) kemungkinan besar akan menemukan, dan suatu penemuan (diskaveri) adalah hasil dari suatu pencarian. Oleh karena itu keduanya mempunyai makna yang sama. Bentuk atau strategi belajar ini sesungguhnya juga menekankan proses, dan silatarbelakangi oleh konsep-konsep psikologi Naturalistik Romantis dan Kognititif-Gestalt.

Pada strategi atau bentuk belajar-mengajar diskaveri bahan ajaran tidak disajikan dalam bentuk jadi, tetapi setengah atau bahkan seperempat jadi.Bahan ajaran disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau masalah-masalah yang harus dipecahkan.

Beberapa kelebihan strategi strategibelajar-mengajar diskaveri dibandingkan dengan strategi menerima

1)      Dalam penyampaian bahan, strategi diskaveri menggunakan kegiatan dan pengalaman-pengalaman langsung dan konkrit. Kegiatan dan pengalaman demikian lebih menarik perhatian siswa, dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna.
2)      Strategi belajar-mengajar diskaveri lebih lebih realistis dan punya makna, sebab siswa bekerja langsung mengaplikasikan kemampuanya.
3)      Strategi belajar-mengajar diskaveri merupakan suatu model belajar pemecahan masalah.
4)      Transfer tidak dinantikan sampai kegiatan lain, tetapi langsung dilakukan, sebab stategi diskaveri berisi sejumlah transfer.


5)      Strategi diskaveri banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa dalam situasi belajar.[1]
     Disamping Kelebihan sudah tentu strategi ini juga memliki keterbatasan atau kelemahan.Kelemahan pertama berkenaan dengan waktu.Belajar-mengajar dengan menggunakan strategi diskaveri membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.
Kelemahan atau keterbatasan kedua adalah bagi siswa yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas.Dengan belajar diskaveri sangat subjektif untuk memperkuat prakonsepnya. Kelemahan lain adalah kesukaran dalam menggunakan faktor subjectivitasnya, terlalu cepat sampai kepada kesimpulan-kesimpulan, membuat generalisasi yang terlalu umum dari pengalaman yang sangat terbatas. Keterbatasan keempat adalah faktor kebudayaanatau kebiasaan.Belajar diskaveri menuntut kemandirian, kepercayaan kepada diri sendiri, kebiasaan bertindak sebagi subjek.Pada lingkungan yang kurang memberikan peran kepada anak sebagai subjek, mereka lebih banyak diperlukan sebagai objek, belajar diskaveri mengalami beberapa kesukaran.
Ada beberapa proposisi , anggapan dasar berkenaan dengan straregi belajar-mengajar diskaveri ini:
1)      Semua pengetahuan nyata adalah hasil dari penemuan sendiri (self discovery). Pengetahuan-pengetahuan nyata dan praktis yang dimiliki individu pada umumnya diperoleh dari pengalamanya hasil dari penemuanya sendiri, sebab setiap orang adalah penemu atau self discoverer.
2)      Makan atau arti dari sesuatu diperoleh dari hasil diskaveri non subverval. Konsep-konsep abstrak dapat menyebabkan verbalisme.
3)      Kesadaran subverval sebagai kunci dari transfer. Kesadaran subverval merupakan suatu pemahaman intuitif, pemahaman berdasarkan perasaan spontan tentang sesuatu, sebelum terumuskan secara cepat dan jelas. Melalui kesadaran subverval individu dapat lebih cepat memahami dan memecahkan masalah.

4)      Kemampuan memecahkan masalah masalah sebagai tujuan utama dari pendidikan. Pendidikan diarahkan agar individu atau anak menguasai sejumlah pengetahuan.

5)      Setiap anak adalah pemikir kreatif. Strategi belajar-mengajar diskaveri mempunyai asumsi bahwa setiap anak adalah kreatif, dan sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan agar anak kreatif.
6)      Pengajaran yang bersifat menyajikan ekspositori adalah otoriter.
7)      Strategi diskaveri membangkitkan motivasi dan pembentuk keyakinan kepada diri sendiri.
8)      Belajar diskaveri membangkitkan motivasi dan pemnentuk keyakinan kepada diri sendiri.
9)      Belajar diskaveri adalah sumber utama motivasi intrinsik.

Para ahli membedakan enam tingkatan belajar-mengajar diskaveri:
1)      Tingkat diskaveri penuh. Pada diskaveri tingkat ini, siswa memilki kebebasan penuh untuk menentukan bahan dan bentuk kegiatan yang akanmembuat dan mencari mereka lakukan.
2)      Pengarahan pada tingkat pemikiran siswa. Guru memberikan beberapa pengarahan yang sesuai dengan tingkat pemikiran siswa, selamjutnya mereka diberi kebebasan untuk, mengadakan generalisasi  dan spesifikasi.
3)      Pemberian intruksi yang pelaksanaanyadiserahkan pada siswa. Pelaksanaanya diserahkan kepada inisiatif dan kreativitas para siswa.
4)      Guru memberikan sejumlah persoalan (menuliskanya di papan tulis). Setelah itu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, agar para siswa generalisasi, spesifikasi dsb.
5)      Guru memberikan pengarahan tentang suatu generalisasi atau spesifikasi.
6)      Guru memberikan suatu generalisasi tanpa penjelasan, penguraian, contoh-contoh, dsb.


B. Praktek Ausebel; Expository Teaching

David P. Ausebel dan Floyd G. Robinson (1969) mengemukakan empat bentujk proses belajar mengajar, yaitu: belajar menerima (reception learning) dan belajar menemukan (discovery learning), belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar diskaveri lebih mengutamakan kepada proses, sedang belajar menerima lebih menekankan kepada hasil.


Belajar Menerima

      Belajar menerima atau reception learning disebut demikian apabila dilihat dari sisi siswa, tetapi apabila dilihat dari sisi guru disebut mengajar ekspositoriatau expository teaching.


Apabila belajar diskaveri lebih berpusat pada siswa, maka belajar menerima lebih berpusat pada guru.Bahan pelajaran disusun dan disiapkan dalam bentuk jadi serta disampaikan oleh guru.Siswa berperan pasif, mereka berusaha menerima, menghafal, memahami dan menggunakan pengetahuan yang diberikan oleh guru.
Metode yang paling populer digunakan dalam pengajaran ekspositori atau belajar menerima adalah ceramah.Metode yang paling praktis dan efisien, dan masih tetap paling banyak dipakai oleh guru-guru atau para instruktur.Dalam kenyataan seringkali penggunaan strategi ekspositori ini yang lebih banyak digunakan, dan dilengkapi dengan strategi diskaveri.

Belajar bermakna dan belajar menghafal

Ausebel dan Robinson juga memisahkan anatara belajar bermakna dengan belajar menghafal, meaningful learning dengan rote learning.Dalam belajar menghafal siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.Dalam belajar bermakna ada dua hal penting, pertama bahan yang dipelajari, dan yang kedua adalah struktur kognitif yang ada pada individu.Yang dimaksud dengan struktur kognitif adalah jumlah, kualitas, kejelasan dan pengorganisasian dari penegetahuan yang sekarang dikuasai oleh individu.


Agar tercipta belajar bermakna. Maka,ada beberapa syarat-syarat , yaitu:
1)      Bahan yang dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara substansial dan dengan beraturan.
2)      Siswa memilki konsep yang sesuai dengan bahan yang akandihubungkan.
3)      Siswa harus memilki keauan untuk menghubungkan konsep tersebutdengan struktur kognitifnya secara subtansialndan beraturan pula.




Beberapa bentuk belajar bermakna:
1)      Belajar represensional
      Merupakan suatu proses belajar untuk mendapatkan makna dari symbol-simbol.

2)      Belajar Konsep
         Suatu konsep akan mempunyai makan logis dan psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman dan makna psikologis merupakan makna yang diperoleh dari pengalaman pribadi.

3)      Belajar proposisi
Proposisi merupakan suatu ungkapan yang menjelaskan hubungan anatara dua atau lebih konsep Proposisi ini ada yang umum dan ada yang khusus
.
4)      Belajar Diskaveri
Belajar ini menekankan kepada penemuan dan pemecahan oleh siswa sendiri.

5)      Belajar Pemecahan Masalah.
   Pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk belajar diskaveri tingkat tinggi.Siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang perlu pemecahan.

6)      Belajar Aktivitas
   Belajar ini merupakansuatu belagjar diskaveri tahap tinggi.dengan bermodalkan potensi-potensi yang dimilikinya siswa dituntut untuk menciptakan dan melahirkan sesuatu yang baru.


Mengapa siswa lebih senang belajar dengan menghafal?

1)      Karena belajar dengan cara menghafal adalah yang paling sederhana dan mudah.
2)      Karena adanya kecemasan/perasaan tidak mampu menguasai bahan, sebagai pemecahanya maka bahan, sebagai pemecahanya maka tahan dicoba dikuasai dengan menghafalkanya.
3)      Karena adanya tekanan pada jalanya pelajaran, untuk menutupi kekurangan-kekurangan diatasi dengan menghafalkan.
4)      Karena pengalaman dan kebiasaan.         


 C.   Pemikiran Tentang Model Belajar Mengajar

1.     Definisi Belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yangtersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisa (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.


   Menurut Skinner, Seperti yang dikutip barlow (1985) dalam bukunya Educational Psycology:The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah . . . a process of  progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia  diberi penguat (rainforcer).


Dalam penjelasan lanjutanya, pakar psikologi belajar itu menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas  tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar yterhadap pembentukan kepribadian organism yang bersangkutan. Mungkin, inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan everyday learning (belajar sehari-hari) yang dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.


Reber dalam kamus susunanya tergoling modern, Dictionary Of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representative karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.

Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of rainforced practice, yaitu suatu peruabahan kemampuan bereaksi yang relative lenggeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang essensial yang perlu disoroti untuk memehami proses belajar.

1.      Relatively permanent, yang secara umum menetap.
2.      Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.      Reinforcel, yang diperkuat
4.      Practise, Praktik atau latihan.

2.     Contoh Belajar

     Seorang anak biasanya dapat merepon stimulus yang diberikan oleh guru atau yang diajarkan oleh gurunya. Walaupun apa yang dilakukan anak itu tidak tepat/teratur, namun jika anak itu mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan berulang-berulang majka anak tersebut dapat belajar dengan baik dan sempurna.

3.     Definisi Mengajar

       Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.
Arifin(1978) mendefinisikan mengajar sebagai “…suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Tyson  dan Caroll (1970),setelah mempelajari secara seksama sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa menajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama aktif melakukan kegiatan.

       Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah “…suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-bauknya dan menghubungkan dengan anak, Sehingga terjadi proses belajar”. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian.

a.       Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan)
b.      Pengertian institutional (yang menyangkut kelembangan atau sekolah).
c.       Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil ideal).


4.     Contoh Mengajar

Selaku penelola kegiatan siwa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan membantu para siswa, bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja .Melainkan ketika mereka berada di luar kelas, khususnya ketika mereka berada di lingkungan sekolah seperti diperpustakaan, di laboratorium, dan sebagainya. Dalam hal menjadi pembimbing, guru perlu mengaktualisasikan (mewujudkan) kemampuanya dlam kegiatan-kegiatan sebagai berikut;  1) Membimbing kegiatan belajar para siswa; 2) Membimbing pengalaman para siswa.

Membimbing kegiatan belajar siswa, khusunya ketika mengajar tidak hanya berarti berceramah di muka kelas, tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa tersebut untuk melakukan aktivitas belajarnya. Contoh; jika para siswa sedang diajari siswa sedang diajari menulis, maka para siswa itulah yang seharusnya lebih banyak mendapat peluang menulis,bukan guru. Tugas guru dalam hal ini adalah memberi contoh dan dorongan persuasif  kepada para siswa serta menata lingkungan sebaik-baiknya, Sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah. Lingkungan dalam hal ini meliputi guru, papan tulis, pensil dan buku tulis para siswa serta perlengkapan lainya yang terdapat dalan ruang kelas.

Selanjutnya, selain membimbing, mengajar juga harus berarti membantu siswa agar berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Alhasil, kegiatan mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan semata-mata agar siswa menguasai pengetahuan/materi pelajaran tersebut, melainkan juga agar ia memanfaatkan pengetahuan dan keterampilanya dalam kehidupan sehari-hari.[2]



BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN


Belajaradalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamentl dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.


            Oleh karenanya, Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk,dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan denganya mungkin akan mengabaikan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.



B.   SARAN
Berdasarkan makalah yang penulis susun tentu sangat jauh dari kesempurnaan.Karena kesempurnaan itu hanya milik ALLAH SWT.Akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh menuju kesempurnaan.Oleh sebab itu, dalam penulisan makalah ini penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca agar makalah ini bisa mendekati kesempurnaan.Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan banyak terima kasih.






DAFTAR PUSTAKA

 Syaodih,Nana. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung ; PT Remaja Rosdakarya


 Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung ; PT Remaja Rosdakarya.