KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat.Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Implikasi Teori Belajar Kognitif (Lanjutan)".
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing yaitu : bapak (Winbaktianur ) yang telah memberikan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal,
semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang.Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalam
DAFTAR
ISI
Kata pengantantar....................................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................................ii
BAB I :pendahuluan
A. Latar
Belakang………………........................................................................................1
B. Rumusan
Masalah…………….......................................................................................1
C. Tujuan
Penulisan…………….........................................................................................1
BAB II :Pembahasan
A. Implikasi
Discovery Learning…………………………..……………………………...2
B.
Praktek Ausubel; Expository Teaching……….
………………………………….........4
C. Pemikiran
Tentang Model Belajar Mengajar…………………………………………...6
BAB III :Penutup
A. Kesimpun…………………….………………………………………………………..9
B. Saran…………………………..……………………………………….........................9
Daftar pustaka
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagian
terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar
yang disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan
bantuan guru, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau
dari media elektronika, belajar di sekolah dirumah, di lingkungan kerja atau di
masyarakat
.
Belajar
selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar,
apakah itu mengarah kepada yang lebih baik., direncanakan atau tidak. Hal lain
yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman yang
berbentukinteraksi dengan orang lain dan lingkunganya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Implikasi Discovery Learning ?
2. Bagaimana
Praktek Ausebel; Expository Teaching ?
3. Bagaimana
Pemikiran Tentang Model Belajar Mengajar ?
C.
Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui Pengertian Implikasi Discovery Learning.
2. Untuk
Mengetahui Praktek Ausebel; Expository Teaching.
3. Untuk
Mengetahui Pemikiran Tentang Model Belajar Mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
IMPLIKASI TEORI BELAJAR
KOGNITIF (LANJUTAN)
A.
Implikasi
Discovery Learning
Belajar discovery
Mengenai belajar discovery ada juga yang
menyebutnya sebagai belajar inkuiri atau inquiry learning, tetapi pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan beklajar yang mengutamakan aktivitas anak. Inkuiri
menekankan kepada proses mencarinya, sedang diskaveri kepada menemukanya. Kalau
seseorang melakukan pencarian (berinkuiri) kemungkinan besar akan menemukan,
dan suatu penemuan (diskaveri) adalah hasil dari suatu pencarian. Oleh karena
itu keduanya mempunyai makna yang sama. Bentuk atau strategi belajar ini
sesungguhnya juga menekankan proses, dan silatarbelakangi oleh konsep-konsep
psikologi Naturalistik Romantis dan Kognititif-Gestalt.
Pada
strategi atau bentuk belajar-mengajar diskaveri bahan ajaran tidak disajikan
dalam bentuk jadi, tetapi setengah atau bahkan seperempat jadi.Bahan ajaran
disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau
masalah-masalah yang harus dipecahkan.
Beberapa
kelebihan strategi strategibelajar-mengajar diskaveri dibandingkan dengan strategi
menerima
1) Dalam
penyampaian bahan, strategi diskaveri menggunakan kegiatan dan
pengalaman-pengalaman langsung dan konkrit. Kegiatan dan pengalaman demikian
lebih menarik perhatian siswa, dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep
abstrak yang mempunyai makna.
2) Strategi
belajar-mengajar diskaveri lebih lebih realistis dan punya makna, sebab siswa
bekerja langsung mengaplikasikan kemampuanya.
3) Strategi
belajar-mengajar diskaveri merupakan suatu model belajar pemecahan masalah.
4) Transfer
tidak dinantikan sampai kegiatan lain, tetapi langsung dilakukan, sebab stategi
diskaveri berisi sejumlah transfer.
5)
Strategi diskaveri
banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa dalam situasi belajar.
Disamping Kelebihan sudah tentu strategi
ini juga memliki keterbatasan atau kelemahan.Kelemahan pertama berkenaan dengan
waktu.Belajar-mengajar dengan menggunakan strategi diskaveri membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.
Kelemahan atau
keterbatasan kedua adalah bagi siswa yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional
mereka masih terbatas.Dengan belajar diskaveri sangat subjektif untuk
memperkuat prakonsepnya. Kelemahan lain adalah kesukaran dalam menggunakan
faktor subjectivitasnya, terlalu cepat sampai kepada kesimpulan-kesimpulan,
membuat generalisasi yang terlalu umum dari pengalaman yang sangat terbatas.
Keterbatasan keempat adalah faktor kebudayaanatau kebiasaan.Belajar diskaveri
menuntut kemandirian, kepercayaan kepada diri sendiri, kebiasaan bertindak
sebagi subjek.Pada lingkungan yang kurang memberikan peran kepada anak sebagai
subjek, mereka lebih banyak diperlukan sebagai objek, belajar diskaveri
mengalami beberapa kesukaran.
Ada beberapa proposisi
, anggapan dasar berkenaan dengan straregi belajar-mengajar diskaveri ini:
1) Semua
pengetahuan nyata adalah hasil dari penemuan sendiri (self discovery). Pengetahuan-pengetahuan nyata dan praktis yang
dimiliki individu pada umumnya diperoleh dari pengalamanya hasil dari
penemuanya sendiri, sebab setiap orang adalah penemu atau self discoverer.
2) Makan
atau arti dari sesuatu diperoleh dari hasil diskaveri non subverval.
Konsep-konsep abstrak dapat menyebabkan verbalisme.
3) Kesadaran
subverval sebagai kunci dari transfer. Kesadaran subverval merupakan suatu
pemahaman intuitif, pemahaman berdasarkan perasaan spontan tentang sesuatu,
sebelum terumuskan secara cepat dan jelas. Melalui kesadaran subverval individu
dapat lebih cepat memahami dan memecahkan masalah.
4)
Kemampuan memecahkan
masalah masalah sebagai tujuan utama dari pendidikan. Pendidikan diarahkan agar
individu atau anak menguasai sejumlah pengetahuan.
5) Setiap
anak adalah pemikir kreatif. Strategi belajar-mengajar diskaveri mempunyai
asumsi bahwa setiap anak adalah kreatif, dan sekolah bertanggung jawab untuk
mengembangkan agar anak kreatif.
6) Pengajaran
yang bersifat menyajikan ekspositori adalah otoriter.
7) Strategi
diskaveri membangkitkan motivasi dan pembentuk keyakinan kepada diri sendiri.
8) Belajar
diskaveri membangkitkan motivasi dan pemnentuk keyakinan kepada diri sendiri.
9) Belajar
diskaveri adalah sumber utama motivasi intrinsik.
Para
ahli membedakan enam tingkatan belajar-mengajar diskaveri:
1) Tingkat
diskaveri penuh. Pada diskaveri tingkat ini, siswa memilki kebebasan penuh
untuk menentukan bahan dan bentuk kegiatan yang akanmembuat dan mencari mereka
lakukan.
2) Pengarahan
pada tingkat pemikiran siswa. Guru memberikan beberapa pengarahan yang sesuai
dengan tingkat pemikiran siswa, selamjutnya mereka diberi kebebasan untuk,
mengadakan generalisasi dan spesifikasi.
3) Pemberian
intruksi yang pelaksanaanyadiserahkan pada siswa. Pelaksanaanya diserahkan
kepada inisiatif dan kreativitas para siswa.
4) Guru
memberikan sejumlah persoalan (menuliskanya di papan tulis). Setelah itu guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, agar para siswa generalisasi,
spesifikasi dsb.
5) Guru
memberikan pengarahan tentang suatu generalisasi atau spesifikasi.
6) Guru
memberikan suatu generalisasi tanpa penjelasan, penguraian, contoh-contoh, dsb.
B. Praktek
Ausebel; Expository Teaching
David
P. Ausebel dan Floyd G. Robinson (1969) mengemukakan empat bentujk proses belajar
mengajar, yaitu: belajar menerima (reception learning) dan belajar menemukan (discovery learning), belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar
menghafal (rote learning). Belajar
diskaveri lebih mengutamakan kepada proses, sedang belajar menerima lebih
menekankan kepada hasil.
Belajar Menerima
Belajar menerima atau reception
learning disebut demikian apabila dilihat dari sisi siswa, tetapi apabila
dilihat dari sisi guru disebut mengajar ekspositoriatau expository teaching.
Apabila
belajar diskaveri lebih berpusat pada siswa, maka belajar menerima lebih
berpusat pada guru.Bahan pelajaran disusun dan disiapkan dalam bentuk jadi
serta disampaikan oleh guru.Siswa berperan pasif, mereka berusaha menerima,
menghafal, memahami dan menggunakan pengetahuan yang diberikan oleh guru.
Metode
yang paling populer digunakan dalam pengajaran ekspositori atau belajar
menerima adalah ceramah.Metode yang paling praktis dan efisien, dan masih tetap
paling banyak dipakai oleh guru-guru atau para instruktur.Dalam kenyataan
seringkali penggunaan strategi ekspositori ini yang lebih banyak digunakan, dan
dilengkapi dengan strategi diskaveri.
Belajar bermakna dan
belajar menghafal
Ausebel
dan Robinson juga memisahkan anatara belajar bermakna dengan belajar menghafal,
meaningful learning dengan rote learning.Dalam belajar menghafal
siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang
dibaca tanpa makna.Dalam belajar bermakna ada dua hal penting, pertama bahan
yang dipelajari, dan yang kedua adalah struktur kognitif yang ada pada
individu.Yang dimaksud dengan struktur kognitif adalah jumlah, kualitas,
kejelasan dan pengorganisasian dari penegetahuan yang sekarang dikuasai oleh
individu.
Agar
tercipta belajar bermakna. Maka,ada beberapa syarat-syarat , yaitu:
1) Bahan
yang dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara substansial
dan dengan beraturan.
2) Siswa
memilki konsep yang sesuai dengan bahan yang akandihubungkan.
3) Siswa
harus memilki keauan untuk menghubungkan konsep tersebutdengan struktur
kognitifnya secara subtansialndan beraturan pula.
Beberapa
bentuk belajar bermakna:
1)
Belajar represensional
Merupakan suatu proses belajar untuk
mendapatkan makna dari symbol-simbol.
2)
Belajar Konsep
Suatu konsep akan mempunyai makan logis
dan psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman dan makna psikologis
merupakan makna yang diperoleh dari pengalaman pribadi.
3) Belajar
proposisi
Proposisi
merupakan suatu ungkapan yang menjelaskan hubungan anatara dua atau lebih
konsep Proposisi ini ada yang umum dan ada yang khusus
.
4) Belajar
Diskaveri
Belajar
ini menekankan kepada penemuan dan pemecahan oleh siswa sendiri.
5) Belajar
Pemecahan Masalah.
Pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk
belajar diskaveri tingkat tinggi.Siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang
perlu pemecahan.
6) Belajar
Aktivitas
Belajar ini merupakansuatu belagjar diskaveri
tahap tinggi.dengan bermodalkan potensi-potensi yang dimilikinya siswa dituntut
untuk menciptakan dan melahirkan sesuatu yang baru.
Mengapa
siswa lebih senang belajar dengan menghafal?
1) Karena
belajar dengan cara menghafal adalah yang paling sederhana dan mudah.
2) Karena
adanya kecemasan/perasaan tidak mampu menguasai bahan, sebagai pemecahanya maka
bahan, sebagai pemecahanya maka tahan dicoba dikuasai dengan menghafalkanya.
3) Karena
adanya tekanan pada jalanya pelajaran, untuk menutupi kekurangan-kekurangan
diatasi dengan menghafalkan.
4) Karena
pengalaman dan kebiasaan.
C.
Pemikiran
Tentang Model Belajar Mengajar
1.
Definisi
Belajar
Sebagian orang
beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yangtersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang
beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya
telah mampu menyebutkan kembali secara lisa (verbal) sebagian besar informasi yang
terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Menurut
Skinner, Seperti yang dikutip barlow (1985) dalam bukunya Educational Psycology:The
Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah . .
. a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan
eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan
mendatangkan hasil yang optimal apabila ia
diberi penguat (rainforcer).
Dalam penjelasan
lanjutanya, pakar psikologi belajar itu menambahkan bahwa pengalaman hidup
sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai
belajar. Sebab, sampai batas tertentu
pengalaman hidup juga berpengaruh besar yterhadap pembentukan kepribadian
organism yang bersangkutan. Mungkin, inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan
everyday learning (belajar
sehari-hari) yang dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.
Reber dalam
kamus susunanya tergoling modern, Dictionary
Of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The Process of Acquiring knowledge,
yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering
dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang
kurang representative karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan
nonkognitif.
Kedua, belajar
adalah A relatively permanent change in
respons potentiality which occurs as a result of rainforced practice, yaitu
suatu peruabahan kemampuan bereaksi yang relative lenggeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat.
Dalam definisi ini terdapat empat
macam istilah yang essensial yang perlu disoroti untuk memehami proses belajar.
1. Relatively permanent,
yang secara umum menetap.
2. Response potentiality,
kemampuan bereaksi
3. Reinforcel,
yang diperkuat
4. Practise,
Praktik atau latihan.
2.
Contoh
Belajar
Seorang anak biasanya dapat merepon stimulus yang diberikan oleh guru
atau yang diajarkan oleh gurunya. Walaupun apa yang dilakukan anak itu tidak
tepat/teratur, namun jika anak itu mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan
berulang-berulang majka anak tersebut dapat belajar dengan baik dan sempurna.
3.
Definisi
Mengajar
Pengertian yang umum dipahami orang
terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa
mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.
Arifin(1978)
mendefinisikan mengajar sebagai “…suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan
pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran itu.
Tyson dan
Caroll (1970),setelah mempelajari secara seksama
sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa menajar adalah sebuah cara dan
sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama aktif
melakukan kegiatan.
Nasution (1986)
berpendapat bahwa mengajar adalah “…suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-bauknya dan menghubungkan dengan anak, Sehingga
terjadi proses belajar”. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang
kelas (ruang belajar), tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan,
laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Biggs (1991), seorang pakar psikologi
kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian.
a. Pengertian
kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan)
b. Pengertian
institutional (yang menyangkut kelembangan atau sekolah).
c. Pengertian
kualitatif (yang menyangkut mutu hasil ideal).
4.
Contoh
Mengajar
Selaku penelola kegiatan siwa, guru sangat
diharapkan menjadi pembimbing dan membantu para siswa, bukan hanya ketika
mereka berada dalam kelas saja .Melainkan ketika mereka berada di luar kelas,
khususnya ketika mereka berada di lingkungan sekolah seperti diperpustakaan, di
laboratorium, dan sebagainya. Dalam hal menjadi pembimbing, guru perlu
mengaktualisasikan (mewujudkan) kemampuanya dlam kegiatan-kegiatan sebagai
berikut; 1) Membimbing kegiatan belajar
para siswa; 2) Membimbing pengalaman para siswa.
Membimbing kegiatan belajar siswa, khusunya ketika
mengajar tidak hanya berarti berceramah di muka kelas, tetapi juga memberikan
peluang seluas-luasnya kepada siswa tersebut untuk melakukan aktivitas
belajarnya. Contoh; jika para siswa sedang diajari siswa sedang diajari
menulis, maka para siswa itulah yang seharusnya lebih banyak mendapat peluang menulis,bukan
guru. Tugas guru dalam hal ini adalah memberi contoh dan dorongan
persuasif kepada para siswa serta menata
lingkungan sebaik-baiknya, Sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah.
Lingkungan dalam hal ini meliputi guru, papan tulis, pensil dan buku tulis para
siswa serta perlengkapan lainya yang terdapat dalan ruang kelas.
Selanjutnya, selain membimbing, mengajar juga harus
berarti membantu siswa agar berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Alhasil, kegiatan mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan
semata-mata agar siswa menguasai pengetahuan/materi pelajaran tersebut,
melainkan juga agar ia memanfaatkan pengetahuan dan keterampilanya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Belajaradalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamentl dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh
karenanya, Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek,
bentuk,dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para
guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar
dan hal-hal yang berkaitan denganya mungkin akan mengabaikan kurang bermutunya
hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
B.
SARAN
Berdasarkan makalah yang penulis susun tentu
sangat jauh dari kesempurnaan.Karena kesempurnaan itu hanya milik ALLAH
SWT.Akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh menuju kesempurnaan.Oleh sebab
itu, dalam penulisan makalah ini penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
dari pembaca agar makalah ini bisa mendekati kesempurnaan.Atas kritikan dan
sarannya penulis ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung ; PT Remaja Rosdakarya.